Foto: Muhamad Amang, Ketua DPD GMNI Sultra/MEDIA GMNI SULTRA.
KENDARI, GMNISULTRA.OR.ID - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Sulawesi Tenggara (Sultra) dukung adanya pembentukan Badan Pekerja Kongres Nasional XXII untuk mengakhiri dualisme kepemimpinan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) yang telah berlangsung sejak Kongres Ambon 2019.
Sebelumnya, pada Jumat (10/6/2025) secara resmi Forum Nasional Komunikasi Persatuan dengan tujuan untuk menyelenggarakan Kongres Persatuan GMNI itu terbentuk yang diprakarsai oleh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) GMNI Surabaya dan Jember, sebagai upaya mengembalikan GMNI pada khittah perjuangannya yang berlandaskan ideologi Marhaenisme.
Dalam keterangan persnya, Muhamad Amang Ketua DPD GMNI Sultra mengatakan dualisme kepemimpinan DPP GMNI antara kubu Arjuna Putra Aldino dan Imanuel Cahyadi harus segera diakhiri karena telah menghambat jalannya konsolidasi nasional di GMNI.
"Pembentukan Forum Nasional Komunikasi Persatuan ini harus menjadi momentum untuk mempersatukan GMNI yang harus kita apresiasi dan dukung. Dengan semangat persatuan inilah, dualisme di GMNI harus segera diakhir karena selalu menghambat jalannya konsolidasi Nasional," ujarnya Bung Amang, sapaan akrabnya, Minggu (22/6/2025).
Meskipun DPD GMNI Sultra tak hadir dalam konsolidasi nasional tersebut, ia memastikan bahwa pihaknya akan terus memantau dan menyepakati hal-hal yang perlu untuk perbaikan organisasi kedepannya termasuk nantinya akan ada pembentukan Badan Pekerja Kongres Nasional.
"Kami akan terus memantau perkembangan Konsolidasi Nasional selanjutnya sampai Kongres Persatuaan itu terwujud. Kami siap menjadi peserta dan menyepakati hal-hal yang dianggap perlu demi kebaikan organisasi meskipun tak ada dalam forum konsolidasi itu," sambung Bung Amang.
Ia juga menegaskan bahwa GMNI harus kembali fokus pada perjuangan ideologis, bukan malah terus-terusan tenggelam dalam konflik internal yang saling menyerang sesama kader.
"Yang kami inginkan adalah GMNI harus fokus pada perjuangan ideologis berdasarkan Marhaenisme. Mari kita akhiri konflik internal dalam GMNI dengan semangat menyelenggarakan kongres persatuan!," tegas Bung Amang.
Rujukan kongres persatuan, kata Amang harus dilandasi dengan semangat Marhaenisme yang didalamnya ada Sosio Nasionalisme dan kata Bung Karno: 'Kuat karena bersatu, bersatu karena kuat"
"Yang membuat kita terkotak-kotak hingga saling menyerang satu sama lain adalah karena kita tidak menjadikan mahaenisme sebagai landasan semangat yang menyatukan kita dalam GMNI. Seperti kata Bung Karno, 'Kita kuat karena bersatu dan bersatu karena kuat' maka kekuatan itu terletak karena kita bersatu untuk menjadi Gerakan Indonesia," tambah Bung Amang.
Diakhir, Amang juga menyampaikan bahwa GMNI harus fokus menatap arah organisasi kedepan agar dapat menjadi bagian dalam mewujudkan Indonesia emas dan meninggalkan konflik internal dalam organisasi yang menghambat kerja-kerja organisasi.
"GMNI harus bisa menatap arah organisasi kedepan untuk menjadi bagian dalam mewujudkan Indonesia Emas. Dari itu, hilangkan konflik internal yang menghambat kerja-kerja GMNI dan yang ada hanyalah kepentingan organisasi dengan semangat menuju untuk melaksanakan kongres persatuan," tandas Ketua DPD GMNI Sultra itu.***